Semasa SMP aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Barangkali cita-citaku itu termotivasi dari seorang guru bahasa Inggris bernama ibu Aleysia juga ibu Muji seorang guru matematika. Mereka berdua guru favorit dari seluruh kelas dua. Termasuk aku yang begitu kagum dengan mereka berdua. Dimataku mereka berdua bukan sekedar guru yang hanya mengajar tetapi mereka berdua ‘sosok seorang ibu ‘yang sabar dan penuh perhatian dan berupaya’ untuk memahami anak-anaknya yang memiliki beragam karakter. Karena itu biasanya pelajaran bahasa Inggris dan Matematika merupakan dua mata pelajaran yang sangat ‘menakutkan dan membosankan’ bagi para murid, tapi kalau ibu Aleysia dan ibu Muji yang mengajar sekalipun ada teman sekelasku yang nakalnya luar biasa, dia bisa betah mengikuti pelajaran tersebut hingga selesai. Misal saja. Waktu itu di kelaskan ada temanku sering membuat ulah. Terkadang ada beberapa guru kalau mengajar dikelasku dibuat nangis. Sebut saja namanya Wanto. Dia suka meledek guru dengan ucapan yang membuat guru tersinggung, sehingga pelajaran belum usai, guru yang mengajar di kelas kami, meninggal ruang kelas dengan membawa jengkel yang luar biasa. Anehnya kalau ibu Muji atau ibu Aleysia yang mengajar, Wanto bisa anteng dan sopan. Dia tidak membuat kericuhan. Dan kamipun bisa mengikuti pelajaran dengan tenang.
Seingatku ibu Muji dan ibu Aleysia tidak mempromosiku para muridnya di luar jam sekolah untuk mengikuti pelajaran tambahan yang artinya mereka berdua tidak mencari tambahan uang saku dari meleskan murid-muridnya. Padahal pelajaran Matematika dan bahasa Inggris sebuah peluang untuk memperoleh uang selain gaji yang diterimanya tiap bulan oleh mereka berdua. Meskipun ibu Aleysia dan Muji tidak memberikan pelajaran tambahan kepada kami, tapi Continue Reading »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar